More than Standart
Lebih
dari Pengalaman Biasa
(1
Sam 2:1-10)
Penghujung tahun 2011
tinggal menghitung hari, tidak terasa 365 hari sudah dijalani dengan berbagai
kesan yang mendalam. Memang tidak sedikit hal-hal yang dialami terkesan dangkal
dan biasa-biasa saja. Hari ini, kemarin atau bahkan ada yang berani berkata
tentang hari esok yang akan dijalani tidak banyak perubahan yang berdampak
besar. Semuanya biasa-biasa saja. Mengapa bisa demikian?
Bisa jadi dalam perjalanan
setahun kita tidak berada dalam perjuangan yang berat hingga terkesan biasa. Orang
yang berjuang dalam sebuah peperangan pasti memiliki kisah yang menarik dan
mendalam. Kisah Hana yang berjuang dalam pergeluatan yang hebat (1 Sam 1:6-7,
10) merupakan salah satu contoh. Ia berdoa secara tidak lazim seperti berada
dalam peperangan. Ada musuh, busur panah, orang-orang yang berbantah (1 Sam
2:1, 4, 10) yang menggambarkan suasana perang. Meskipun banyak penafsir
berpendapat bahwa doa Hana bukan tulisan tangannya, namun ia sungguh berada
dalam doa peperangan. Hana sedang berperang dan ia telah meraih kemenangan
dengan sebuah pengalaman yang mendalam.
Imam Eli bisa salah
mengerti melihat sikap doa Hana (1 Sam 1:12-13), karena bagi orang Israel
seperti kebanyakan orang Timur Tengah, biasa berdoa dengan suara nyaring dalam
segala keadaan (Mzm 3:5; 64:2). Ibadah orang Israel penuh dengan kegembiraan,
namun suasana hati Hana tidak demikian. Allah tahu bahwa Hana sedang berperang
secara rohani, bukan mabuk secara lahiriah. Hana tahu bahwa kurban dengan hati
yang hancur tidak akan dipandang hina oleh Allah disamping kurban binatang yang
dibawa suaminya. Penyerahan hati Hana sebulat komitmennya menyerahkan anaknya
sebagai nazir Allah (Bil 6:1-21) yang hidup berbeda ditengah bangsa Israel yang
rusak moral dan spiritual. Menyerahkan diri dan berkomitmen hidup benar
dihadapan Allah merupakan bagian yang tak terhindari bila ingin mengalami
pengalaman diatas rata-rata.
Pengalaman yang mendalam bukan
hanya berorientasi kala itu. Hana berdoa dan berserah, namun ia juga berharap
dengan penuh keyakinan bahwa kekelaman akan berlalu. Puji-pujian Hana
berhubungan dengan kelahiran Samuel dan kehidupannya, bahkan memuat iman tentang
rencana Allah yang Mahakuasa yang akan menyelamatkan umat-Nya (1 Sam 2:10).
Dilihat dari berbagai sisi, pujian Hana memiliki kesejajaran dengan pujian
Maria (Luk 1:46-55) yang mengandung Yesus, “Orang yang Diurapi.” Nyanyian
syukur dapat terlantun karena mata melihat jauh ke depan bahwa Allah
meninggikan Orang yang Diurapi-Nya, bukan hanya dirinya yang terluput dari
musuh-musuhnya. Hana bersyukur untuk masalah yang dialami, sekalipun awalnya
sulit dimengerti namun “hambamu mendapat belas kasihan” dibalik persoalan (1
Sam 1:18). Sama halnya dengan Maria yang bertanya,”Bagaimana mungkin hal ini
terjadi?” namun kemudian diakhiri dengan pengakuan,”Aku ini adalah hamba Tuhan;
jadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:34, 38). Sungguh pengalaman yang
lebih dari biasanya bila bisa bersyukur dibalik masalah dimana rencana Allah
digenapi dan sesama diberkati. Mari kita mengakhiri tahun 2011 dengan sorak
kemenangan untuk pengalaman yang luar biasa dan memasuki tahun 2012 dengan
keyakinan bahwa tidak kurang dahsyatnya tangan Tuhan beserta kita.
Selamat Hari Natal 25 Desember 2011
dan
Selamat Tahun baru 1 Januari 2012
Komentar