ARTI SEBUAH TONGKAT
Tongkat
(Bhs.Ibr. matteh) merupakan sepotong
kayu panjang yang biasanya terbuat dari kayu sanobar. Seorang gembala
menggunakan tongkat sebagai pelindung dan menghalau segala ancaman bagi
keselamatan domba-domba. Bagi Musa yang menggembalakan kambing domba milik
Yitro, mertuanya, tongkat bukanlah benda asing dalam kehidupannya. Pekerjaannya
berhubungan dengan benda yang biasa dia pegang dan tidak memiliki arti lebih atau
kuasa apapun dibalik penggunaan yang lazim di kalangan para gembala.
Dengan tongkat di tangan, Musa
menggiring domba-domba sampai ke gunung Horeb (Kel 3). Memang, perjumpaan
pribadi antara Musa dengan Tuhan di gunung Horeb sangat mengesankan. Melihat semak
duri yang menyala tetapi tidak dimakan api (ay 2), bukan sesuatu yang biasa.
Peristiwa itu mengundang perhatian Musa untuk lebih dekat pada lokasi kejadian
untuk memuaskan keingintahuan. Allah tahu apa yang hendak Musa lakukan. Namun
lebih dari apa yang Musa inginkan, Ia mau Musa mengenal Dia secara pribadi. Ia
memanggil namanya (ay 4), menyatakan keberadaan-Nya yang kudus dan disembah
oleh nenek moyang Musa (ay 5,6). Dengan pengenalan akan nama-Nya (ay 14), Allah
mau Musa pergi sebagai utusan-Nya walau hanya membawa sepotong tongkat. Tetapi apa arti sepotong tongkat sekalipun ada
peristiwa yang menakjubkan dibalik pertemuan pribadi? Bagaimana mungkin hanya
membawa tongkat dapat menghadap Firaun, raja Mesir?
Bagi Musa tongkat adalah tongkat, tidak
lebih dari sepotong kayu biasa. Allah melihat bahwa tongkat di tangan Musa
memang tidak berarti apa-apa, namun tidak demikian halnya tatkala berada di
tangan Tuhan. Secara sengaja Allah menanyakan apa yang ada di tangannya dan
bagaimana tongkat itu bisa dipakai untuk menyatakan kebesaran-Nya (Kel 4:2). Allah
mau memakai sesuatu yang biasa dan ketika Ia mau memakainya, Ia mengawali dari
apa yang ada pada kita. Ia tidak meminta lebih dari keberadaan kita, hanya
sebuah ketaatan dan penyerahan diri. Allah memerintahkan kepada Musa untuk
melemparkan tongkat itu ke tanah, karena tidak ada perubahan ketika tongkat
tetap berada di tangannya. Musa perlu taat dan menyerahkan apa yang ada padanya
sebelum perubahan ajaib terjadi. Bagaimana dengan penyerahan diri kita
kepada-Nya?
Dalam International Standard Bible Encyclopaedia,
tongkat di tangan gembala adalah lambang pemeliharaan dan kepedulian ilahi (Mzm
23:4). Allah peduli terhadap anak-anak-Nya tatkala mereka menyerahkan apa yang
mereka punya. Dia memanggil kita untuk menyerahkan diri sepenuh hati, tanpa
meragukan kemahakuasaan-Nya atas kehidupan kita. Antara iman dan
penyerahan diri perlu sejalan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita percaya
apa yang Allah katakan dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya, kita akan
menyaksikan Allah bekerja. Tongkat dapat berubah menjadi ular. Sesuatu yang
biasa bisa menjadi luar biasa bila berada di tangan Allah. Dan pasti tidak menjadi miskin atau
kekurangan bagi orang yang percaya dan berserah pada-Nya. Kepedulian Allah lahir
dari ketaatan anak-anak-Nya yang menyerahkan apa yang mereka punya untuk
diberkati dan menjadi berkat bagi orang lain. Biarlah keberadaan kami seperti tongkat yang sederhana di tangan Tuhan untuk dipakai menjadi berkat di dalam dan melalui Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara.

Komentar